Jumat, 16 Maret 2012

MURNIKAH AGAMAMU ???

MURNIKAH  AGAMAMU  ???



Melalui sejarah kita bisa melihat, tidak ada suatu kaum yang lebih mulia dari pada Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Hal itu karena mereka benar-benar memahami dan mengamalkan ajaran Nabi mereka yang masih murni tanpa tercampuri perkara-perkara baru. Mereka sangat jauh dari perkara baru yang diada-adakan di dalam agama. Mereka paham bahwa perkara-perkara baru itu bukan dari islam dan hanya akan membawa kehinaan dan kerugian kepada pelakunya.

BID’AH SEBAB KEHINAAN DAN KERUGIAN
  • Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada perkara (tuntunan-pen) kami padanya maka ia tertolak.” (Riwayat Muslim no. 1718).
  • “Jauhilah perkara-perkara yang baru (dalam agama –pen), karena setiap perkara yang baru adalah bidah dan setiap bid’ah adalah sesat.” (Dishahihkan oleh  Al-Albani, lihat Ash-Shahihah no. 2735) 
  • Allah SWT berfirman : “Katakanlah: Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Rabb mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.” (QS. Al-Kahfi: 103-105).
KENYATAAN YANG ADA

Namun sayang, apa yang telah diwanti-wanti oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah terjadi pula dikalangan kaum muslimin. Alangkah banyaknya kaum muslimin yang menganggap suatu perkara termasuk dalam agama padahal agama islam berlepas diri darinya. Dalam segala hal !!!

Beberapa contoh kenyataan yang ada :
  • dalam aqidah (keyakinan), mereka memiliki anggapan bahwa Allah berada di
    mana-mana atau Allah berada di hatiku. Padahal Allah menetapkan bahwa Dia di atas seluruh makhluk-Nya.
  • Sebagian orang menyangka, termasuk penghormatan kepada para Nabi dan orang-orang shalih kita berdoa kepada Allah dengan perantara Jaah (kedudukan) mereka di sisi Allah.
    Padahal kalimat laa ilaaha illallah menuntut kita untuk berdoa hanya kepada Allah semata secara langsung, tanpa menjadikan orang yang telah wafat atau kedudukan mereka sebagai perantara.  
  • Sebagian orang menyangka bahwa kubur para Nabi, wali dan orang-orang shalih memiliki keutamaan, sehingga mereka berduyun-duyun untuk beribadah di sana. Sedangkan syariat islam yang sempurna melarang kita menjadikan kubur sebagai tempat peribadahan. 
  • Sebagian orang menyangka, hanya dengan meyakini Allah itu ada, Dia satu-satunya pencipta dan pemberi rizki, seseorang berarti telah mengamalkan laa ilaaha illallah. Padahal Rasulullah SAW memerangi kaumnya yang memiliki keyakinan demikian sampai mereka memurnikan ibadah hanya kepada Allah azza wa jalla. 
  • Sebagian orang menyangka, cukup dengan ikhlas dalam ibadah maka ibadah akan diterima oleh Allah SWT. Padahal islam tidak akan tegak kecuali dengan dua kaliamt syahadat, laa ilaaha illallah yang menuntut keikhlasan dan Muhammad Rasulullah yang menuntut agar amal ibadah sesuai dengan yang Beliau ajarkan. 
  • Sebagian orang menyangka, termasuk bukti kecintaan kepada Nabi SAW adalah dengan merayakan kelahiran beliau. Padahal Allah SWT menjadikan bukti kecintaan seseorang kepada Allah SWT dan Rasul-Nya adalah dengan mengikuti Nabi Muhammad SAW, sedangkan Beliau ataupun sahabat Beliau tidak pernah merayakan kelahiran. 
KEWAJIBAN KITA

Bila demikian keadaannya, maka sungguh kita harus benar-benar membersihkan aqidah, ibadah, muamalah dan seluruh sisi kehidupan kita dari seluruh noda-noda yang mengotori agama kita. Sehingga kita benar-benar akan kembali kepada islam yang murni, sesuai dengan yang dianut oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.

Hal itu kita mulai dari diri kita, kita pelajari bagaimana cara beragama umat terbaik dan termulia, Rasulullah SAW dan sahabatnya. Kita teladani mereka dan kita tinggalkan segala hal yang bertentangan dengannya. Kemudian, kita dakwahkan agama yang telah murni dan bersih itu kepada masyarakat, kita didik anak cucu kita dengan berlandaskan kepadanya, kita dorong umat ini kepada kebaikan-kebaikan dan kita peringatkan mereka dari keburukan-keburukan yang ada, sebagaimana dahulu para rasul diutus sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan.

Akhirnya, hanya kepada Allah kita memohon agar mengembalikan kemuliaan kaum muslimin sebagaimana dahulu mereka telah mulia. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar