Sabtu, 07 April 2012

Berbakti Atau Durhaka Kepada Orang Tua

Berbakti Atau Durhaka Kepada Orang Tua



Allah SWT memerintahkan kepada kita semua untuk selalu berbakti kepada kedua orang tua, bukannya untuk berduhaka kepada mereka. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Isra' : 23

وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا
  “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orang tuamu dengan sebaik-baiknya, Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” 
Berbuat baik kepada kedua orang tuamu artinya, memberikan bakti dan kasih sayang kepada keduanya. Sesungguhnya, pengabdian orang tua kepada anaknya adalah lebih tinggi dari pada pengabdian anak kepada orang tuanya. Bagaimana mungkin kedua pengabdian itu bisa disamakan? ketika kedua orang tuamu menahan segala derita mengharapkan agar kamu bisa hidup, sedangkan jika kamu menahan derita karena kedua orang tuamu, kamu mengharapkan kematian mereka.

Allah SWT berfirman dalam Al-Isra' : 24 

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
 
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".

Barangsiapa bersyukur kepada Allah namun tidak bersyukur kepada kedua orang tua, tentu saja tidak diterima hal itu. Oleh karena itulah Nabi Muhammad SAW bersabda,'Keridhaan Allah ada di dalam keridhaan kedua orang tua dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan kedua orang tua.' (Diriwayatkan Tirmidzi dari hadits Abdullah bin Amr, hadits ini diperkuat oleh hadits Abu Hurairah).  

Dalam sebuah hadits disebutkan, Seseorang datang kepada Rasulullah SAW meminta izin untuk ikut berjihad. Kemudian Nabi Muhammad SAW bertanya, Apakah bapak dan ibumu masih hidup ? orang itu menjawab, Ya maka kata Rasulullah SAW. Hendaklah kamu berbakti kepada keduanya [HR. Bukhari, Muslim). Lihatlah bagaimana berbuat baik dan memberikan pelayanan kepada kedua orang tua lebih diutamakan daripada jihad.

Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Maukah aku beritahu kalian tentang dosa besar yang paling besar? Yakni menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua". Lihatlah bagaimana Allah SWT mengaitkan antara menyakiti kedua orang tua, tidak adanya bakti kepada mereka dengan dosa syirik kepadaNya. Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim juga, Rasulullah SAW bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang durhaka (kepada kedua orang tua), orang yang menyebut-nyebut kebaikannya, dan yang kecanduan khamr"

Rasulullah SAW bersabda, "Allah SWT melaknat orang yang durhaka kepada orang tua, Beliau bersabda lagi, Allah melaknat orang orang yang mencaci bapaknya. Allah melaknat orang yang mencaci ibunya. (Diriwayatkan lbnu Hibban dalam shahihnya dari hadits Ibnu Abbas). Beliau bersabda, Semua dosa ditunda (siksanya) oleh Allah semau-Nya hingga hari Kiamat kecuali durhaka kepada orang tua. Sesungguhnya dosa durhaka disegerakan (siksanya)bagi pelakunya" (Diriwayatkan Hakim dari hadits Abu Bakar dengan sanad yang baik). 

Ka'abul Ahbar Rahimahullah berkata, "Sesungguhnya Allah menyegerakan kehancuran bagi seorang hamba jika ia durhaka kepada orang tuanya. Kehancuran itu merupakan siksaan baginya. Dan sesungguhnya Allah menambah umur orang yang berbakti kepada orang tua agar bertambah pengabdian dan kebaikannya kepada mereka". Durhaka kepada orang tua, jika
ayah atau ibunya menyumpahinya, ia tidak mempedulikannya. Jika mereka menyuruhnya, ia tidak mentaatinya. Jika meminta sesuatu kepadanya, ia tidak memberinya, dan jika diberi amanat, ia mengkhianatinya".

Nabi Muhammad SAW mengulangi kewajiban berbakti kepada seorang ibu hingga tiga kali sedangkan berbakti kepada ayah satu kali. Hal itu disebabkan karena derita yang dialami seorang ibu lebih besar dari pada yang dialami seorang ayah dan kasih sayang yang diberikannya juga lebih besar daripada ayah. Belum lagi kalau dibandingkan dengan beratnya mengandung, kontraksi, melahirkan, menyusui, dan berjaga malam.   

Ibnu Umar RA melihat seseorang seseorang sedang memanggul ibunya dengan lehernya sambil mengelilingi Ka'bah. Orang itu bertanya, "Hai Ibnu Umar, apakah dengan demikian berarti aku telah membalasnya?" Ibnu Umar menjawab, "Belum sedikit pun kamu membalasnya, namun kamu telah berbuat baik kepadanya. Dan Allah SWT akan membalas atas sedikit kebaikanmu dengan balasan yang banyak".

Rasulullah SAW bersabda, "Ada tiga doa yang terkabulkan dan tidak ada keraguan padanya : doa orang yang didzalimi, doa orang yang bepergian, dan doa tidak baik orang tua terhadap anaknya"(Diriwayatkan Tirmidzi, Abu Dawud, dan Thabrani). 

Juga diceritakan dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda, "Pada malam ketika aku diisra’ kan aku melihat beberapa kaum yang bergelantungan pada dahan-dahan dari api. Aku bertanya, Wahai Jibril, siapakah mereka itu?" Jibril menjawab, "Mereka adalah orang-orang yang mencaci ayah dan ibu mereka di dunia". Diriwayatkan bahwa barangsiapa mencaci kedua orang tuanya akan didatangkan kepadanya di dalam kuburan bara dari api sejumlah setiap titik air yang turun dari langit ke bumi. Juga diriwayatkan bahwa jika seseorang durhaka kepada orang tuanya. Nanti setelah dikubur, ia akan dihimpit kuburan itu hingga tulang-tulang rusuknya berhimpit.

Renungkan Nasihat Berikut
Wahai insan yang mengabaikan hak-hak mulia ini, yang enggan berbakti kepada kedua orang tua bahkan durhaka kepada mereka. Wahai orang yang lupa akan kewajibannya, yang lalai kepada apa yang ada di depannya. Berbakti kepada kedua orang tua bagimu adalah agama, Anda menerlantarkan kewajiban ini dan mengekor kepada syahwat, menurut dugaanmu kamu mencari surga, padahal surga itu ada di bawah telapak kaki ibumu. la mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan yang terasa sembilan tahun. la menderita saat melahirkanmu, suatu penderitaan yang memilukan hati dan menyusuimu. Demi kamu ngantuknya ditahan, dengan tangan kanannya ia membersihkanmu dari kotoran dan mara bahaya. Bahkan la lebih mengutamakanmu dalam hal makanan. la menggunakan pangkuannya menjadi tempat landasanmu, memberikanmu kebaikan dan pertolongan. Jika sakit atau kepedihan menimpamu, ia menumpahkan rasa sayangnya secara habis-habisan. Kegelisahannya karenamu dan kegundahannya terus menemaninya, jika demikian harta miliknya untuk mengobatimu ke dokter. Jika ia diberi pilihan antara hidupmu dan kematiannya, tentu ia akan memilih kehidupan bagimu dengan suaranya yang lantang. Inilah kasih sayang ibu. Kasih sayang sepanjang masa.

Sudah berapa kali kamu memperlakukannya secara kasar ? Namun tetap saja ia mendoakanmu dalam kebaikan baik secara rahasia atau terang-terangan. Tatkala ia menua dan membutuhkan sesuatu kepadamu, rasanya ia menjadi beban paling berat bagimu. Kamu kekenyangan sedangkan ia kelaparan, kamu hilang rasa dahaga sedangkan ia kering kehausan. Kamu memberikan segala kebaikan kepada keluarga dan anak-anakmu di saat kamu melupakannya. Terasa berat bagimu urusannya, padahal ia mudah. Terasa panjang usianya bagimu padahal ia pendek. Kamu mengusirnya, sedangkan dada penolong selainmu. Ini sikapmu sedang Tuhanmu telah melarangmu mengatakan 'ah'. Allah SWT mencacimu karena hak-haknya yang kamu abaikan dengan cercaan halus, bahwa dalam dunia kamu akan dibalas dengan kedurhakaan anak-anakmu, sedang di dalam akhirat kamu dijauhkan dari Tuhan semesta alam. Allah memanggilmu dengan hina dan ancaman, Itulah (hasil) dari tanganmu (perbuatanmu, dan sesungguhnya Allah tidak berlaku dzalim kepada hamba-hamba-Nya. (AI-Hajj: 10). 

Bagi ibumu terdapat banyak hak atasmu. Apa yang banyak menurutmu sesungguhnya sangatlah kecil sudah berapa malam ia merasa memberatkanmu dan kamu mengadukan perihalnya dengan rintih dan keluh Jika kamu tahu betapa berat saat ia melahirkanmu karena berat beban itu hati terasa terbang melayang. Betapa sering ia menjagamu dari mara bahaya dengan tangan kanannya. Dan pangkuannya pun menjadi ranjangmu la mengorbankan jiwanya demi keluhanmu Dari susunya keluar minuman suci bagimu Betapa sering kamu menderita kelaparan dan dengan sepenuh tenaga la memberikan kasih sayangnya kepadamu di waktu kecilmu.

Dikisahkan bahwa terdapat seorang pemuda yang dikenal dengan nama Alqamah, ia banyak berusaha mewujudkan ketaatannya kepada Allah dalam shalat, puasa, dan sedekah. Lalu ia ditimpa penyakit hingga kondisinya sangat parah. Ia mengutus istrinya untuk menemui Rasulullah SAW. Istrinya berkata, Suamiku, Alqamah sedang sekarat. Aku ingin memberitahukanmu wahai Rasulullah tentang keadaannya. Lalu Rasulullah SAW mengutus Ammar dan Shuhaib serta Bilal sembari bersabda,Pergilah kepadanya dan ajari ia syahadat. Mereka pergi dan masuk ke tempatnya, mereka mendapatkannya telah sekarat. Para sahabat itu lalu mengajarinya mengucapkannya `la ilaha illallah' sementara lidahnya kelu dan tidak bisa mengucapkannya. Kemudian para utusan itu mengirim seseorang menemui Rasulullah untuk memberitahukan kepada beliau bahwa lisannya tidak bisa mengucapkan kalimat syahadat. Rasulullah SAW bertanya, Apakah salah seorang dari kedua orang tuanya masih hidup ? Utusan itu menjawab, Wahai Rasulullah, hanya ada seorang ibu yang sudah tua renta. Rasulullah mengutus sahabat tersebut untuk menemui ibunya, beliau berkata kepadanya, Katakan kepadanya, apakah ibu bisa berjalan menemui Rasulullah ? Jika tidak bisa, tinggallah ibu di rumah hingga Rasulullah SAW datang kepadamu. Lalu utusan itu datang kepadanya dan mengatakan kepadanya apa yang dipesankan Rasulullah kepadanya. lbu itu berkata, Jiwaku untuk jiwanya sebagai tumbal, aku lebih berkewajiban untuk mendatanginya. lbu itu bersandar kepada sebuah tongkat dan berdiri dengan bantuan tongkat itu untuk datang menemui Rasulullah SAW, lalu beliau berkata kepadanya, Wahai Ibu Alqamah, berlaku jujurlah kepadaku, dan jika kamu berbohong, sebenamya telah datang wahyu dari Allah SWT kepadaku. Bagaimana keadaan anakmu Alqamah ? la berkata, Ya Rasulullah, ia banyak melaksanakan shalat, banyak puasa, dan bersedekah. Rasulullah bertanya, Lalu bagaimana dengan dirimu? la menjawab, Wahai Rasulullah, aku sedang marah kepadanya. Rasulullah SAW bertanya, Mengapa begitu? la menjawab, Wahai Rasulullah, ia lebih mementingkan istrinya daripada aku dan ia durhaka kepadaku.
Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya kemarahan ibu Alqamah
menjadi penghalang bagi lisan Alqamah untuk mengucapkan syahadat. Beliau berkata lagi, Ya Bilal, pergi dan ambillah untukku kayu bakar yang banyak! Ibu itu bertanya, Wahai Rasulullah, apa yang akan engkau lakukan? Rasulullah menjawab, `Aku akan membakamya dengan api itu di hadapanmu. lbu itu berkata, Wahai Rasulullah, hatiku tidak tahan melihat anakku dibakar di hadapanku. Rasulullah SAW bersabda, Wahai Ibu Alqamah, siksaan Allah lebih dahsyat dan lebih kekal. Jika kamu senang kalau Allah mengampuninya, ridhailah ia. Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, Alqamah tidak akan mendapatkan manfaat dengan shalatnya, puasanya, dan sedekahnya jika kamu masih marah kepadanya. la berkata, Wahai Rasulullah, aku mempersaksikan kepada Allah Ta'ala, para malaikat, dan semuanya, kaum Muslimin yang hadir bahwa aku kini telah ridha kepada anakku, Alqamah. Rasulullah SAW bersabda, Pergilah wahai Bilal dan lihatlah apakah ia bisa mengucapkan la ilaha illallah atau tidak! Bilal pergi dan terdengar dari dalam rumah Alqamah mengucapkan la ilaha illallah. Bilal masuk dan berkata, Wahai semuanya, sesungguhnya kemarahan ibunya menghalanginya untuk mengucapkan syahadat dan keridhaannya membuat lisannya mampu mengucapkannya. Kemudian pada hari itu juga Alqamah meninggal, Rasulullah hadir dan memerintahkan untuk dimandikan, dikafani, dan dishalatkan. Beliau juga menghadiri pemakamannya, lalu beliau berdiri di bibir kuburannya dan bersabda, Wahai sekalian kaum Muhajirin dan Anshar, barangsiapa yang lebih mementingkan istrinya dibandingkan ibunya, maka ia mendapatkan laknat dari Allah, para malaikat, dan semua manusia. Allah tidak akan menerima pengganti atau penebus kecuali ia bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla dan berbuat baik kepadanya serta memohon keridhaannya. Karena keridhaan Allah ada pada keridhaannya dan murka Allah ada pada murkanya.

Kita memohon kepada Allah SWT agar berkenan memelihara kita dengan keridhaan-Nya dan menjauhkan kita dari kemurkaannya. Sesungguhnya Allah Maha Mulia dan Maha Dermawan Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar