HAKEKAT KITA DICIPTAKAN DI DUNIA
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, serta shalawat dan salam kepada Junjungan kita Nabi Muhammad SAW, Keluarga, Para Sahabat Rasul.
Setiap manuia pasti didalam hatinya pernah untuk memikirkan pertanyaan "Untuk tujuan apa kita diciptakan didunia ini ?". Mungkin masih ada sebagian manusia yang belum mampu untuk menjawab pertanyaan ini hingga berpuluh tahun lama usianya. Belum sempat terjawab pertanyaan ini ada pertanyaan lain "Kenapa kita harus beribadah?".
Tujuan Kita Diciptakan didunia ini
Allah SWT telah menjelaskan secara jelas tentang hakekat kita diciptakan di dunia ini dalam surat Ad Dzariat 56
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ
وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku (Ad Dzariat : 56).
Jadi, Allah SWT tidak membiarkan kita hidup di dunia begitu saja (makan, minum, tidur dan melakukan aktivitas lain), tetapi ada satu tujuan besar dibalik itu semua yaitu agar setiap hamba dapat beribadah kepada-Nya. Hal ini Allah SWT berfirman dalam surat Al Mukminun 115
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا
خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لا تُرْجَعُونَ
Artinya : Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami ? (Al Mukminun 115).
Jadi beribadah kepada Allah SWT adalah tujuan diciptakannya Manusia, Jin dan makhluk lainnya. Semua makhluk tidak mungkin diciptakan begitu saja tanpa diperintah dan dilarang. Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam surat Al Qiyamah 36
أَيَحْسَبُ الإنْسَانُ أَنْ
يُتْرَكَ سُدًى
Artinya : Apakah manusia mengira, bahwa ia dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban) ?.
KIta butuh beribadah kepada Allah SWT
Setelah kita mengetahui tujuan hidup kita didunia, perlu diketahui juga bahwa Allah SWT memerintahkan kepada kita beribadah kepada-Nya, bukan berarti Allah butuh kepada kita. Sesungguhnya Allah SWT tidak menghendaki sedikitpun rejeki dari makhluk-Nya dan Dia tidak menhendaki agar hambanya memberi makan kepada-Nya karena Allah Maha Pemberi Rejeki. Jadi dalam hal ini kita yang membutuhkan melakukan ibadah kepada-Nya. Allah SWT berfirman dalam surat Adz Dzariat 57 - 58.
مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ
رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ
إِنَّ اللَّهَ هُوَ
الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
Artinya : “Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari makhluk dan Aku tidak menghendaki supaya mereka
memberi makan pada-Ku. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz Dzariyat: 57-58)
“Dalam ayat tersebut Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia tidaklah menciptakan jin dan manusia karena
butuh pada mereka, bukan untuk mendapatkan keuntungan dari makhluk tersebut. Akan tetapi, Allah Ta’ala Allah menciptakan mereka justru dalam rangka berderma dan berbuat baik pada mereka, yaitu supaya mereka beribadah kepada Allah, lalu mereka pun nantinya akan mendapatkan keuntungan. Semua keuntungan pun akan kembali kepada mereka. Hal ini sama halnya dengan perkataan seseorang, “Jika engkau berbuat baik, maka semua kebaikan tersebut akan kembali padamu”. Jadi, barangsiapa melakukan amalan sholeh, maka itu akan kembali untuk dirinya sendiri. ”
Makna Ibadah
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Dalam ibadah itu terkandung mengenal, mencintai, dan tunduk kepada Allah. Bahkan dalam ibadah terkandung segala yang Allah cintai dan ridhoi. Titik sentral dan yang paling urgent dalam segala yang ada adalah di hati yaitu berupa keimanan, mengenal dan mencintai Allah, takut dan bertaubat pada-Nya, bertawakkal pada-Nya, serta ridho terhadap hukum-Nya. Di antara bentuk ibadah adalah shalat, dzikir, do’a, dan membaca Al Qur’an.” (Majmu’ Al Fatawa, 32/232).
Tidak Semua Makhluk Merealisasikan Tujuan Penciptaan
Perlu diketahui bahwa irodah (kehendak) Allah itu ada dua macam.
Pertama adalah irodah diniyyah, yaitu setiap sesuatu yang diperintahkan oleh Allah berupa amalan sholeh. Namun orang-orang kafir dan fajir (ahli maksiat) melanggar perintah ini. Seperti ini disebut dengan irodah diniyyah, namun amalannya dicintai dan diridhoi. Irodah seperti ini bisa terealisir dan bisa pula tidak terealisir.
Kedua adalah irodah kauniyyah, yaitu segala sesuatu yang Allah takdirkan dan kehendaki, namun Allah tidaklah memerintahkannya. Contohnya adalah perkara-perkara mubah dan bentuk maksiat. Perkara-perkara semacam ini tidak Allah perintahkan dan tidak pula diridhoi. Allah tidaklah memerintahkan makhluk-Nya berbuat kejelekan, Dia tidak meridhoi kekafiran, walaupun Allah menghendaki, menakdirkan, dan menciptakannya. Dalam hal ini, setiap yang Dia kehendaki pasti terlaksana dan yang tidak Dia kehendaki tidak akan terwujud.
Pertama adalah irodah diniyyah, yaitu setiap sesuatu yang diperintahkan oleh Allah berupa amalan sholeh. Namun orang-orang kafir dan fajir (ahli maksiat) melanggar perintah ini. Seperti ini disebut dengan irodah diniyyah, namun amalannya dicintai dan diridhoi. Irodah seperti ini bisa terealisir dan bisa pula tidak terealisir.
Kedua adalah irodah kauniyyah, yaitu segala sesuatu yang Allah takdirkan dan kehendaki, namun Allah tidaklah memerintahkannya. Contohnya adalah perkara-perkara mubah dan bentuk maksiat. Perkara-perkara semacam ini tidak Allah perintahkan dan tidak pula diridhoi. Allah tidaklah memerintahkan makhluk-Nya berbuat kejelekan, Dia tidak meridhoi kekafiran, walaupun Allah menghendaki, menakdirkan, dan menciptakannya. Dalam hal ini, setiap yang Dia kehendaki pasti terlaksana dan yang tidak Dia kehendaki tidak akan terwujud.
Tujuan penciptaan di sini termasuk irodah diniyyah. Jadi, tujuan penciptaan di sini tidaklah semua makhluk mewujudkannya. Oleh karena itu, dalam tataran realita ada orang yang beriman dan orang yang tidak beriman. Tujuan penciptaan di sini yaitu beribadah kepada Allah adalah perkara yang dicintai dan diridhoi, namun tidak semua makhluk merealisasikannya. .
Meraih Kebahagiaan dan Keselamatan
Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Tujuan yang terpuji yang jika setiap insan merealisasikannya bisa menggapai kesempurnaan, kebahagiaan hidup, dan keselamatan adalah dengan mengenal, mencintai, dan beribadah kepada Allah semata dan tidak berbuat syirik kepada-Nya. Inilah hakekat dari perkataan seorang hamba “Laa ilaha illallah (tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah)”. Dengan kalimat inilah para Rasul diutus dan semua kitab diturunkan. Suatu jiwa tidaklah menjadi baik, suci dan sempurna melainkan dengan mentauhidkan Allah semata.”
* Mari kita memaknai hidup kita di Dunia *